Apa itu teori? Feist & Feist (2009) menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan asumsi yang berhubungan yang memungkinkan ilmuwan untuk menggunakan penalaran deduktif logis untuk merumuskan hipotesis agar dapat diuji (kebenarannya).
Feist & Feist juga menyampaikan bahwa definisi tersebut memerlukan penjelasan lebih lanjut, yaitu (1) teori adalah sekumpulan asumsi, oleh karena itu satu asumsi atau asumsi tunggal tidak dianggap sebagai suatu teori yang memadai, (2) teori adalah sekumpulan asumsi yang saling berhubungan, oleh karena itu sekumpulan asumsinya harus berhubungan, apabila asumsinya tidak saling berhubungan tidak dapat di anggap sebagai teori, (3) asumsi, artinya tidak berarti terbukti validitasnya dan pasti benar. Tetapi dianggap seolah-olah bahwa asumsi tersebut benar, (4) logis penalaran deduktif digunakan oleh peneliti untuk membangun hipotesis. Prinsip teori harus jelas dan tepat agar peneliti dapat membuat hipotesis dengan jelas. Meskipun hipotesis bukan bagian dari teori, tetapi teori berdasar dari hipotesis, (5) dapat di ukur atau di tes, apabila hipotesis tidak dapat di ukur maka sia-sia saja.
Selain teori, ada juga filosofi, spekulasi, hipotesis dan taxonomi. Sepintas lalu, semuanya terlihat sama dan hampir mirip. Akan tetapi, sebenernya berbeda-beda. Apa sajakah pengertiannya?
Feist & Feist juga menyampaikan bahwa definisi tersebut memerlukan penjelasan lebih lanjut, yaitu (1) teori adalah sekumpulan asumsi, oleh karena itu satu asumsi atau asumsi tunggal tidak dianggap sebagai suatu teori yang memadai, (2) teori adalah sekumpulan asumsi yang saling berhubungan, oleh karena itu sekumpulan asumsinya harus berhubungan, apabila asumsinya tidak saling berhubungan tidak dapat di anggap sebagai teori, (3) asumsi, artinya tidak berarti terbukti validitasnya dan pasti benar. Tetapi dianggap seolah-olah bahwa asumsi tersebut benar, (4) logis penalaran deduktif digunakan oleh peneliti untuk membangun hipotesis. Prinsip teori harus jelas dan tepat agar peneliti dapat membuat hipotesis dengan jelas. Meskipun hipotesis bukan bagian dari teori, tetapi teori berdasar dari hipotesis, (5) dapat di ukur atau di tes, apabila hipotesis tidak dapat di ukur maka sia-sia saja.
Selain teori, ada juga filosofi, spekulasi, hipotesis dan taxonomi. Sepintas lalu, semuanya terlihat sama dan hampir mirip. Akan tetapi, sebenernya berbeda-beda. Apa sajakah pengertiannya?
Teori dibangun dari hasil penelitian dan atau hipotesa
yang sebelumnya telah dibuat dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya, benda yang
ada di ketinggian berapapun akan jatuh ke tanah dengan adanya gaya gravitasi
atau daya tarik ke bumi. Hal ini sudah dibuktikan dengan melakukan percobaan
dan penelitian dengan cara melepaskan benda-benda dari ketinggian berapapun dan
hasilnya sama, yaitu jatuh ke bumi.
Filosofi adalah hal yang luas dan kebenarannya belum
tentu bisa diuji. Misalnya setiap orang memiliki definisinya masing-masing
tentang cinta. Ada yang menganggap cinta berdasarkan asas timbal-balik, ada
juga yang menganggap berdasarkan asas memberi, ada juga yang menganggap bahwa
cinta itu sesuatu yang tidak adil. makna Dari cinta itu sendiri sangat luas dan
kebenarannya tidak bisa diuji.
Spekulasi merupakan asumsi tanpa dasar (feeling). Misalnya ketika
melihat awan menjadi gelap, secara langsung akan berpikir bahwa sebentar lagi
akan hujan, pemikiran bahwa akan hujan timbul karena perasaan atau asumsi
semata. Kebenarannya tidak bisa diuji, karena hanya berdasarkan perasaan tanpa
bukti-bukti yang mendukung lainnya.
Hipotesis adalah asumsi berdasarkan data dan bisa diuji. Kebalikan dari
spekulasi, hipotesis bisa diuji kebenarannya. Misalnya kita merasa bahwa
sebentar lagi akan turun hujan. Hal tersebut bisa diuji dengan cara melihat awan
yang menjadi lebih gelap apabila dibandingkan dengan awan yang biasanya, suhu
udara menjadi lebih dingin dari biasanya setelah diukur dengan pengukur suhu
lingkungan, tekanan udara menjadi lebih tinggi setelah diukur dengan alat
pengukur tekanan udara, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebentar lagi akan
turun hujan.
Taxonomi merupakan pembagian berdasarkan sifat-sifat yang sama. Misalnya
membagi jenis sepatu, sepatu yang memiliki tali, maka digolongkan sebagai
sepatu tali. Sepatu yang memiliki hak atau heels, bisa digolongkan menjadi dua
hal lagi, karena bentuk heelsnya yang berbeda, antara heels yang hanya berada
di ujung sepatu saja dan heels yang ada dari depan hingga belakang sepatu, dan
lain sebagainya.
Comments
Post a Comment