Psikotest Hanya Formalitas?

Mungkin ada yang pernah denger? Aku luruskan dulu ya, bisa iya, dan bisa tidak.

Jika yang melamar ke perusahaan itu banyak, dan HRD sulit menentukan Siapa yang cocok untuk posisi itu. Dari CV aja gak cukup. Biasanya untuk posisi tertentu untuk yang banyak menghitung dengan tepat dan akurat, seperti engineering, atau finance dengan banyak pegawai dan sistem keuangan yang ribet, biasanya hasil psikotest yang hasilnya baik akan menjadi faktor penentu apakah seseorang diterima atau gak. Perusahaan kan gak mau mengambil resiko ada kehilangan uang karena salah pembukuan, atau ada kecelakaan jembatan roboh karena salah perhitungan, terus dituduh “korupsi” padahal salahnya dari penghitungan pembangunan, bukan karena jumlah semen di kurangi untuk biaya beli mobil baru untuk Istri-istri gak resminya.

Tapi untuk posisi yang gak terlalu ribet atau membutuhkan banyak keahlian, biasanya iya, hanya untuk “formalitas”. Agar kita para HRD dan user tahu, gimana sifat kandidat ini, apakah kita bisa handle dan menerima orang seperti itu di lingkungan kita atau gak. Yaa sebenernya gak formalitas juga sih. Kalo kita gak bisa terima orang dengan kualifikasi dan sifat seperti itu, ya gak akan diterima juga. Makanya interview dengan user itu penting. Di mana user akan melihat gimana karakter dan sifat kita lebih dalam selain dari hasil tes performa.

Sebenernya ada manfaat lain yang didapatkan HRD dari psikotest selain sebagai bahan pertimbangan penerimaan karyawan, apa aja manfaatnya? Baca di sini ya.

Jadi kalo psikotest sebagai formalitas, iya, bisa jadi dan bisa jadi gak. Pastinya kita sebagai HRD pengen punya karyawan yang tetap, gak gampang resign atau keluar dari perusahaan tempat kita bekerja, gak mau kalo karyawannya berbuat onar. Supaya tau orang itu baik atau gak, bener atau gak secara cepat, ya lewat psikotest. Selama hasilnya gak buruk banget, ya kita akan terima kok biarpun hasilnya so-so (biasa aja). Sekali lagi, interview dengan user itu penting ya. Pentingnya kenapa? Baca di sini.