Pengembangan Alat Tes Psikologi

 Hi semuanya, ada gak sih diantara kalian yang penasaran gimana caranya alat ukur psikologi itu dibuat? kok bisa "aku banget" dan bagi anak-anak psikologi, ini mungkin akan berguna buat kamu. Yuk simak selanjutnya, oh iya, ini bukan aturan baku ya. Melainkan lebih ke arah prosesnya akan seperti apa.

1. Mau mengukur apa

Pertama tentukan dulu mau mengukur apa, misalnya mau mengukur tingkat kemalasan dalam belajar.

2. Cari teorinya

Setelah tau apa yang mau diukur, cari teori dan jurnal-jurnalnya. paling tidak cari 3-5 teori yang berkaitan atau yang kira-kira mirip, kalau bisa yang saling mendukung akan lebih baik.

Setelah dapet teori besarnya, lihat dimensi atau anak dari teori tersebut. misalnya kemalasan dalam belajar adalah (1) malas untuk membuka buku pelajaran, (2) menunda tugas, (3) maunya main atau mengerjakan hal lainnya.

3. Buat Blue printnya

Setelah selesai mencari teori dan mendapatkan dimensinya, selanjutnya buat blue printnya. misalnya:

nomor - dimensi - favorable - unfavorable

1 - malas untuk membuka buku pelajaran - 1, 4 - 7, 10

2 - menunda tugas - 2, 5 - 8, 11

3 - maunya main atau mengerjakan hal lainnya - 3, 6 - 9, 12


semoga ngerti yaaa, di sini gak ada excelnya :(

nomor maksudnya nomor urutan aja, gak pake juga gak masalah kok. dimensi dari yang kita temuin bareng-bareng di atas di butir 2, ceritanya, itu dari teori yaaa. favorable adalah kalimat positif dan unfavorable adalah kalimat negatif.

contoh favorable: saya rajin belajar, contoh unfavorable: saya malas belajar. kenapa sih kok harus ada favorable dan unfavorable? tujuannya untuk mengkonfirmasi kembali apakah seseorang yang mengisi alat ukur tersebut berbohong, asal-asalan, atau sungguh-sungguh. kalo mengisinya sungguh-sungguh, saat ditanya apakah dia rajin belajar, ia akan menjawab iya. dan ketika ditanya apakah dia malas belajar, jawabannya akan tidak.

kemudian apakah harus berurutan antara dimensi satu pasti harus kemudian dimensi dua dan seterusnya? tentu tidak, kalau ngacak justru akan bagus, ini hanya contoh aja kok supaya enak diliatnya. pastikan nomor urutannya sudah benar dan saling tumpang-tindih ya.

Langkah selanjutnya setelah menentukan nomor-nomornya, tentukan juga kata-kata atau kalimat yang akan digunakan. misalnya untuk dimensi 1:

1. saya malas membuka buku pelajaran

4. saya suka baca novel

7. buku pelajaran terasa sangat sulit dimengerti

10. komik sangat menyenangkan untuk dibaca berulang kali.

hm... sebenernya contohnya gak nyambung sih ya, dan gak bener sama sekali. tapi sekali lagi, ini cuma contoh yaa.

4. Expert judgement

Alat ukur udah jadi nih, selanjutnya kita melakukan expert judgement, apa itu? itu adalah penilaian dari para ahli. siapa aja tuh? kalau mahasiswa tentunya dosen, bisa juga ahli bahasa, dan alat ukur itu mau ditujukan ke siapa? kalau ke anak smp diberikan juga ke anak smp. pada umumnya 3 ini cukup, tapi kalo mau bagus, bisa ke 2 dosen, 1-2 ahli bahasa, dan 2 calon responden.

apa aja yang mereka nilai? pada umumnya minta mereka baca dan isi, apakah (1) bahasanya enak dibaca? (2) apakah melelahkan mengisi kuesionernya? (3) berkaitan dengan poin pertama, apakah ada masukan untuk memperbaiki kalimatnya.

selanjutnya, minta mereka juga untuk memberikan nilai, antara 1-5 kalau skalanya ada 5, dan 6 kalau skalanya ada 6, dan seterusnya. 1 kalo jelek, 6 atau angka tertinggi kalau bagus. kalau mau dibalik juga boleh, tapi disepakati aja dan jangan lupa atau sampai terbalik ya.

setelah terkumpul, kemudian diolah validitasnya, bisa menggunakan Aiken V salah satunya. apa itu aiken V? akan dibahas di blog berikutnya ya. bisa klik di sini untuk membaca.

5. Pilot project

setelah diolah di Aiken V, akan terlihat mana saja alat ukur yang jelek dan bagus. yg jelek tentu dibuang, dan yang bagus akan dipakai untuk menilai.

oh iya, tentukan juga ya minimal jumlah pertanyaannya, jangan sampai terlalu sedikit dan terlalu banyak, kemudian usahakan proporsional. misalnya dari 3 dimensi, upayakan antara dimensi 1-3, baik itu favorable dan unfavorablenya sama semua.

anggep aja semuanya udah ok, selanjutnya gimana? kita lakukan pilot project ke responden kita. bisa 25-50 orang minimal. tujuannya buat apa? untuk mengukur apakah alat ukur kita sudah bagus atau gak.

6. revisi

kalo masih jelek gimana? bisa jadi item atau soalnya dibuang, kalau nantinya jadi gak proporsional antara satu item dengan item lainnya ya terpaksa ulang dari awal, dari expert judgement kemudian pilot project. makanya biasanya item-item untuk pilot dibuat banyak, jadi kalo ada yg jelek bisa langsung dibuang tanpa mengulangi proses expert judgement dari awal.

kok jelek? maksudnya gimana? misalnya banyak yang jawab saya malas belajar, tetapi ia juga menjawab saya rajin belajar. revisi ini bisa dilakukan berkali-kali sampai bener-bener alat ukurnya bagus dan bisa dipakai.

7. jadi

kalau alat ukurnya sudah lewat beberapa tahapan tersebut dan sudah dinyatakan bagus gimana? selamat! alat ukur kamu sudah jadi dan bisa digunakan.

Ada pertanyaan? tinggalkan di kolom komentar ya.

SIncerely Yours,

Kartika Mulyawan.

Comments